BENGKULU UTARA, si.com– Salah satu program unggulan Bupati Bengkulu Utara, Arie Septia Adinata, SE, M.Ap dalam 100 hari masa kerja pertamanya adalah Bengkulu Utara Bersih. Program ini ditujukan untuk menciptakan kebersihan di seluruh wilayah Bengkulu Utara dan membuat pusat-pusat pengolahan dan penampungan sampah di desa-desa.
Program ini akan diawali dengan kembali melaksanakan program Jumat Bersih yang ditandai dengan pelaksanaan gotong-royong di masing-masing desa atau lingkungan pemukiman warga.
Menanggapi hal itu, Ketua PDRD Bengkulu Utara Parmin, S.IP menyatakan sangat mendukung program Bengkulu Utara Bersih tersebut. Dengan program itu, kebersihan tidak hanya terlihat di wilayah Kota Arga Makmur yang sudah dua kali mendapatkan piala Adipura berturut-turut, tetapi juga merata ke pelosok Bengkulu Utara.
Ia menambahkan, kebersihan lingkungan juga sangat penting sehingga bisa mencegah berbagai macam penyakit yang biasa menyerang penduduk. Misalnya saja saat Bengkulu Utara mengalami peningkatan jumlah pasien yang terjangkit demam berdarah. Penyakit yang timbul akibat lingkungan yang kotor dan sanitasi yang buruk.
“Maka kami DPRD Bengkulu Utara sangat mendukung program Bengkulu Utara Bersih yang menjadi target pekerjaan 100 hari Bupati dan Wakil Bupati Bengkulu Utara tersebut,” terangnya.
Sebagai bentuk dukungan itu, kata Parmin, DPRD akan turun ke masyarakat, terutama daerah pemilihan masing-masing, untuk kembali menumbuhkan kegiatan gotong-royong tersebut, minimal setiap sepekan. Sehingga lingkungan masyarakat di setiap desa juga bisa lebih bersih dan tertata rapi kembali.
“Karena dampaknya bukan hanya daerah yang bersih dan nyaman untuk ditinggali, namun juga masyarakat bebas dari penyakit yang disebabkan oleh lingkungan yang kotor,” imbuhnya.
Lebih lanjut Parmin juga mendukung agar di setiap desa terdapat satu tempat penampungan sampah. Selanjutnya sampah tersebut akan dikumpulkan dan diambil untuk dibuang di tempat pembuangan sampah akhir.
“Selain kembali memasyarakatkan gotong royong, juga kembali menyadarkan masyarakat tentang pentingnya membuang sampah pada tempatnya. Sehingga tidak ada lagi yang membuang sampah di sungai atau di punggir-pinggir jalan,” terangnya.
Parmin juga meminta supaya sampah yang sudah dikumpulkan tersebut tidak hanya dibuang dan dikelola di tempat pembuangan sampah akhir. Namun masyarakat desa juga bisa membuat kelompok-kelompok pengelola sampah yang dibina langsung oleh pemerintah desa.
Kelompok ini bisa dalam bentuk cabang usaha BUMDes atau pun organisasi masyarakat setempat (OMS). Sehingga sampah yang dihasilkan rumah tangga bisa dikelola oleh masyarakat sendiri dengan bantuan pemerintah dan bisa bernilai ekonomi dan bisa menambah penghasilan masyarakat.
“Sampah jika ada terus dibuang ke tempat pembuangan sampah akhir lama kelamaan juga akan menumpuk, maka sistem daur ulang harus dilakukan sejak awal, kalau bisa sejak dari rumah. Sehingga sampah yang bisa didaur ulang bisa dikelola kembali menjadi barang yang bernilai ekonomi,” tutupnya. (ADV)